Rabu, 07 Mei 2014

Transamerica

Tema mengenai hubungan antara anak dengan orangtuanya merupakan salah satu tema yang cukup saya sukai. Ada cukup banyak film yang mengangkat tema seperti ini. Transamerica adalah salah satunya. Lalu apa yang membedakan film ini dengan film-film lain yang memiliki tema serupa? Transamerica mengangkat kisah seorang pria bernama Stanley Chupak yang sedang memperjuangkan haknya untuk mendapatkan operasi pergantian kelamin. Stanley akhirnya mendapat persetujuan untuk operasi yang diinginkannya. Operasi tersebut akan dilakukan seminggu lagi. Meskipun belum menjalani operasi, Stanley sudah lama berdandan layaknya wanita dan menyandang nama Bree Osbourne. Sementara itu, sebelum operasi berlangsung, Bree tiba-tiba mendapat telepon dari seorang pemuda bernama Toby Wilkins yang mencari ayah kandungnya yang 'kebetulan' bernama Stanley. Toby adalah tipe pemuda 'bermasalah'. Sementara itu, ibu Toby, yang juga merupakan mantan istri Stanley sudah tiada dan ayah angkat Toby tidak memiliki hubungan yang baik dengan anak itu. Dihadapkan dengan situasi ini, Bree akhirnya memutuskan untuk menjemput Toby yang berada di New York dengan 'menyamar' sebagai pekerja sosial dan berjanji akan mengantarkan anak itu ke Los Angeles. Di lain pihak, Toby tidak mengetahui bahwa Stanley sudah 'berubah' menjadi Bree dan Bree sendiri tidak mengungkapkan siapa dirinya sebenarnya. Dua 'orang asing' itupun memulai perjalanan bersama dari New York menuju Los Angeles. Apa yang terjadi selama perjalanan dari New York menuju Los Angeles? 
Transamerica dikemas dengan gaya road movie yang sangat asik untuk diikuti. Proses perpindahan dari satu tempat menuju ke tempat lain yang diikuti dengan perubahan (kecil maupun besar) pada karakter selama proses tersebut berlangsung adalah kekuatan utama dari film yang menggunakan gaya seperti ini. Akting serta dialog di Transamerica sama kuatnya. Karakter Stanley/Bree mampu menuai simpati secara natural. Demikian juga dengan karakter Toby yang digambarkan sangat cuek dan memiliki emosi yang meledak-ledak khas anak muda 'bermasalah'. Interaksi keduanya begitu hidup dan mampu memberi nuansa tersendiri dalam film ini. Meskipun hanya berkutat seputar dua tokoh utama tersebut, Transamerica jauh dari kesan membosankan. Pada beberapa bagian, ditampilkan (((humour syegar))) yang asiknya dikemas dengan sangat alami dan tidak terkesan nge-judge atau memperolok keputusan Stanley untuk 'berubah' menjadi Bree. Di bagian lain, kesan emosional sangat ditonjolkan dan berpotensi menyulut tetes air mata tanpa disadari. Film yang lumayan berisi pesan moral tanpa terkesan menggurui. Judul film ini sendiri sangat menarik bagi saya karena terkesan memainkan kata-kata dan dapat menyampaikan premis film secara cukup efektif. Secara keseluruhan, Transamerica adalah film yang cukup menggugah perasaan tanpa harus menjadi cengeng, pun menggugah kesadaran bahwa cinta itu universal dan siapapun bisa (berusaha) menjadi orang tua yang (lebih) baik. Film ini layak saya sandingkan dengan Le Grand Voyage, Little Miss Sunshine, atau Rain Man. Kalian bisa mendapatkan film ini di sini.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar