Jumat, 04 April 2014

I Always Wanted to Be a Gangster

Beberapa film Perancis memiliki kecenderungan untuk menimbulkan kesan "Huh?" yang asyik. Di tangan (beberapa) sineas Perancis, plot sederhana bisa menjadi sesuatu yang istimewa dengan sedikit bumbu 'kebetulan' dan sense of humor yang sedikit 'aneh'. Film ini contohnya. Jika dilihat dari judul serta posternya yang 'sangar', kamu mungkin berpikir film ini akan bergaya layaknya film-film Tarantino. Untungnya tidak. Film ini sesungguhnya adalah film komedi agak 'gimana-gimana-gimana' dan mungkin kesan itu pula yang ingin ditampilkan lewat poster film. Plot I Always Wanted to Be a Gangster cukup sederhana, tentang perjumpaan beberapa karakter utama di sebuah cafetaria yang letaknya cukup terpencil. Otomatis, setting cerita hanya berkutat di satu lokasi saja. Minimalis memang. Namun cukup efektif. Jauh dari kesan membosankan. Oya, sebelum melangkah terlalu jauh, saya informasikan bahwa film ini ditampilkan dalam format hitam putih. Jadi, sekali lagi, bila kamu termasuk ke dalam golongan penonton yang agak 'alergi' dengan format hitam putih, kamu mungkin butuh kesabaran ekstra untuk menikmati film ini. Ada dua tokoh utama di film ini, Suzi, pelayan cafetaria yang cantik dan Gino, seorang perampok tanpa senjata yang masuk ke dalam cafetaria dengan gaya yang cukup awkward. Kedua karakter utama ini cukup kuat dan diperankan dengan sangat lihai oleh Anna Mouglalis dan Edouard Baer. Lalu ada juga karakter-karakter lain yang sama menonjol dan menariknya yang singgah di cafetaria tersebut dan menambah citarasa tersendiri dalam plot.Secara garis besar, cerita dalam I Always Wanted to Be a Gangster dapat dibagi ke dalam empat sub-plot yang saling disatukan oleh kesamaan tempat kejadian, cafetaria yang letaknya terpencil. Kekuatan terbesar dari film ini adalah dialog serta interaksi antar karakter yang berpotensi menimbulkan humor yang terasa cukup unik. Film ini mungkin tidak bisa membuat kamu tertawa terbahak-bahak. Mungkin efeknya hanya sebatas senyum kecil atau gumaman "Apa sih?" yang terasa begitu syahdu. Sisi teknis juga cukup layak diapresiasi. Gaya pengambilan gambar serta komposisi musik dan score yang digunakan pada film cukup berkesan. Pemilihan format hitam putih juga saya rasa sebagai keputusan yang tepat. I Always Wanted to Be a Gangster adalah film 'sederhana' dengan karakter-karakter yang kuat, gambar-gambar yang 'cantik', serta komedi yang mungkin sedikit naif. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar