Kamis, 26 Juni 2014

Snowpiercer

Saya pertama berkenalan dengan Bong Joon-ho lewat Memories of Murder, sebuah drama/thriller dengan plot serta gaya penyajian yang sangat memukau. Saya juga berkesempatan menonton Mother, karya lain dari sang sutradara yang juga tidak kalah intensnya dengan Memories of Murder. Ketika mengetahui bahwa Bong Joon-ho akan menyutradarai Snowpiercer, film pertamanya dengan menggunakan bintang Hollywood, saya menjadi sedikit penasaran akan seperti apa hasilnya nanti. Tadi siang akhirnya saya berkesempatan menonton film ini dan kesan yang saya dapatkan adalah Snowpiercer merupakan karya yang cukup menakjubkan secara garis besar.
Cerita dalam film ini diangkat dari sebuah grafik novel. Berbeda dengan Memories atau Mother yang berkutat seputar kasus kriminal, Snowpiercer tampil dalam balutan tema sci-fi/dystopian yang cukup kental. Perbedaan lain yang cukup mendasar adalah pada Memories atau Mother pendekatan yang digunakan bergaya realis dan cenderung menitikberatkan pada psikologi karakter, sementara pada Snowpiercer, cerita ditampilkan dengan nuansa metafora yang cukup kuat serta sedikit agak bergaya surealis.
Secara garis besar, Snowpiercer menceritakan tentang kondisi bumi di masa depan yang sudah tidak dapat lagi dihuni oleh manusia (dan mungkin makhluk hidup lain) dikarenakan menurunnya suhu udara secara drastis akibat sebuah eksperimen untuk menanggulangi masalah pemanasan global. Eksperimen tersebut mengubah permukaan bumi menjadi hamparan salju dengan suhu dingin yang cukup ekstrim. Manusia dari berbagai belahan bumi yang berhasil bertahan hidup dari 'bencana' tersebut dikumpulkan dalam sebuah kereta api bernama Snowpiercer yang berjalan mengelilingi bumi tanpa henti. Kehidupan di dalam kereta api tersebut juga digambarkan secara cukup ekstrim dimana rangkaian gerbong bagian belakang dihuni oleh masyarakat kelas bawah, sementara rangkaian gerbong bagian depan dihuni oleh masyarakat kelas atas yang dipimpin oleh Wilford, sang pencipta kereta api yang tinggal di ruang mesin atau lokomotif.
Masyarakat kelas atas memimpin dengan gaya totalitarian dan hidup dalam kemewahan. Sementara itu, masyarakat kelas bawah hidup layaknya sampah, serba kekurangan dan di bawah tekanan. Akhirnya, masyarakat kelas bawah mulai merencanakan semacam serangan balik terhadap masyarakat kelas atas. Dipimpin oleh Curtis, mereka mulai menyusun strategi untuk mencapai rangkaian gerbong bagian depan dengan tujuan untuk menumbangkan kekuasaan masyarakat kelas atas. Untuk menjalankan aksinya, Curtis dibantu oleh Namgoong Minsoo, seorang spesialis keamanan yang diyakini Curtis sebagai perancang semua sistem kunci pada semua pintu di gerbong kereta.
Plot Snowpiercer mungkin akan terlihat sedikit lemah pada beberapa bagian (terutama yang menyangkut hal-hal berbau teknis), layaknya film-film bertema sci-fi kebanyakan. Meski demikian, bila dilihat secara keseluruhan, Snowpiercer sesungguhnya menyajikan metafora yang cukup brilian dalam plotnya. Mengusung semangat 1984 atau V for Vendetta, Snowpiercer berusaha untuk mempertanyakan kembali posisi manusia dalam kehidupan, tentang fungsi manusia dalam masyarakat, serta tentang tanggung jawab moral yang harus diemban manusia dalam pengulangan atau penciptaan sejarah. Film ini juga sedikit banyak mengingatkan saya akan The Matrix, terutama tentang konsep keseimbangan dalam suatu tatanan masyarakat/sosial.
Dari segi visual serta artistik, Snowpiercer saya nilai tidak mengecewakan. Beberapa scene bahkan menyajikan tampilan visual yang terlihat sangat mengagumkan dengan detail yang sempurna pada sisi artistiknya. Sektor score juga saya nilai cukup memuaskan meski tak bisa dibilang terlalu istimewa. Overall, sisi teknis saya nilai cukup baik dalam menunjang plot secara keseluruhan.
Kredit terbesar mungkin layak saya berikan pada Tilda Swinton yang memerankan karakter bernama Mason, tangan kanan Wilford. Karakter serta tampilan fisik Mason yang cukup unik serta agak komikal mampu menjadi pusat perhatian pada beberapa scene. Belum lagi dengan ekspresi wajah serta gaya bicaranya yang sangat hiperbola. Wajah Tilda pun dipermak cukup sempurna hingga saya sempat tidak percaya bahwa apa yang sedang saya lihat adalah seorang Tilda Swinton. Momen terbaik karakter Mason adalah ketika wanita tersebut memberikan semacam 'wejangan' pada masyarakat kelas bawah sambil memegang sepatu.
Snowpiercer mungkin bukan karya terbaik Bong Joon-ho. Film ini mungkin belum bisa mengungguli atau bahkan sekedar menyamai Memories of Murder yang saya anggap sebagai karya terbaik Bong Joon-ho sejauh ini. Film ini juga mungkin dianggap sebagian orang kurang layak mendapatkan predikat sebagai salah satu film bertema sci-fi/dystopian terbaik. Meski demikian, Snowpiercer saya nilai tidak terlalu mengecewakan. Cukup menyenangkan untuk disimak dan memiliki beberapa detail yang cukup sempurna baik pada sisi plot, karakter, maupun tampilan visual. Silahkan dapatkan filmnya di sini.      
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar