Sabtu, 21 Maret 2015

Pontypool

"It's only the English language that's infected."

Bahasa mungkin merupakan salah satu hal yang perannya sangat besar dalam kehidupan ini. Kita bisa berkomunikasi dengan orang lain, menyampaikan maksud dan keinginan, mengekspresikan perasaan dan mengaktualisasikan kondisi diri dengan menggunakan bahasa. Bayangkan, bagaimana anda bisa menyampaikan bahwa anda sedang #EhKangen bila anda tidak mengenal yang namanya bahasa? Bagaimana anda bisa menyebarkan gerakan #SavePindang bila anda tak mengenal yang namanya bahasa? Anda bahkan tidak bisa memesan bubur ayam, baik yang kemudian anda aduk atau tidak, bila anda tidak mengenal apa itu bahasa.

Pontypool merupakan film horror/thriller yang menggunakan pendekatan 'linguistik'. Tema film ini sendiri sebenarnya sudah cukup usang di ranah horror/thriller, utamanya di sub genre zombie. Singkat kata, Pontypool menceritakan tentang semacam wabah yang menyebar di sebuah kota kecil bernama Pontypool. Wabah tersebut menyebabkan manusia menjadi hilang kesadarannya, gila, menggumamkan kata-kata tertentu, dan bahkan mengkonsumsi sesamanya. Yang menarik, virus penyebab wabah itu bukan disebarkan lewat gigitan seperti pada film-film zombie kebanyakan. Virus ini juga tidak disebarkan melalui udara atau air atau medium lain yang umum digunakan pada film-film bertema zombie.

Virus penyebab wabah di Pontypool disebarkan lewat bahasa, lewat kata-kata tertentu yang diucapkan oleh mulut. Menariknya, yang bisa memicu penyebaran virus hanyalah Bahasa Inggris. Jadi ada dua pilihan yang bisa dilakukan untuk menghambat penyebaran virus, menggunakan bahasa tulisan atau menggunakan bahasa lisan selain Bahasa Inggris. Sampai di sini saja, premis film ini sudah sangat menarik, setidaknya bagi saya. Sisanya, Pontypool masih mengikuti pakem-pakem yang berlaku di film-film bertema zombie, karakter utama yang harus berusaha untuk survive, serangan zombie, serta munculnya karakter yang membantu karakter utama untuk memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Yang membuat Pontypool menarik, seperti yang sudah saya sebutkan di atas, adalah premisnya yang berbeda dengan film-film zombie kebanyakan. Sejauh ini, Pontypool merupakan salah satu film bertema zombie dengan premis yang sangat menarik menurut saya. Hal lain yang menarik dari Pontypool adalah sinematografinya. Film ini dibuat dengan budget yang relatif kecil, tentu saja dengan semangat indie yang sangat kental. Celakanya, meskipun budget yang dianggarkan relatif kecil, film ini tidak terkesan murahan. Sutradara sepertinya paham betul bagaimana cara menghasilkan gambar sekelas sineas Hollywood dengan pergerakan kamera serta framing yang sungguh efektif. Nilai lebih lain dari sinematografi di Pontypool adalah kesan mencekam bisa dibangun dengan sangat gagah tanpa harus banyak mengumbar adegan sadis atau gore khas film-film bertema zombie. Nuansa tegang juga ikut diperkuat dengan narasi di sepanjang film. Sebagai film horror/thriller yang menitikberatkan fokus pada bahasa, Pontypool berhasil membuat saya membayangkan situasi yang sedang dihadapi oleh karakter hanya melalui serangkaian kalimat yang diucapkan di sepanjang film, tanpa perlu melihat secara langsung apa yang sedang dialami oleh karakter tersebut.

Meski hadir dengan premis yang sangat menarik, sayangnya bagian terakhir Pontypool agak sedikit lemah. Namun hal ini tidak merusak kualitas film secara keseluruhan. Bila kamu merasa sedikit bosan dengan film-film zombie 'standar', Pontypool bisa dijadikan alternatif yang bisa (((membawa angin segar))) dalam kehidupan sinematik yang nggak sinematik-sinematik amat. Akhir kata saya menyarankan kamu semua untuk memperkaya (((diksi))) dan cobalah untuk menjaga lisan serta menggunakan kata-kata sebijak mungkin. Ya siapa tau kan ya. hhe...  

silakan dapatkan filmnya di sini.